Salah satu bagian Masjid Nabawi terkenal dengan sebutan Raudlah (taman
surga). Insyaallah doa-doa yang dipanjatkan dari Raudlah ini akan
dikabulkan oleh Allah swt.
Seperti sabda Rasulullah Saw, “Antara rumahku dengan mimbarku adalah
Raudhah di antara taman-taman surga” (HR. Bukhari)
Para ahli hadits menafsirkan taman surga sebagai tempat Allah SWT
menurunkan rahmat dan kebahagian-Nya karena dilakukan zikir serta
pemujaan kepada Allah SWT.
Secara bahasa, “Raudhah” berarti taman.
Raudhah merupakan salah satu
ruangan di Masjid Nabawi yang banyak dimasuki jamaah untuk memanjatkan
doa. Ia terletak di antara kamar Nabi dan mimbar untuk berdakwah. Luas
Raudhah dari arah Timur ke Barat sepanjang 22 m dan dari Utara ke
Selatan sepanjang 15 m. Luasnya yang hanya 144 meter persegi tak
sebanding dengan jutaan jamaah yang berebut ingin masuk ke sana.
Di kawasan ini juga terletaknya maqam junjungan besar kita, Rasulullah
saw, juga dua sahabat besar, Saidina Abu Bakar R.A dan Saidina Umar R.A.
Lokasi Raudhah ini merupakan bagian dari shaf laki-laki, hanya terbuka
untuk perempuan di jam tertentu, saat dhuha dan setelah shalat dhuhur.
Bukan hal yang mudah untuk bisa memasuki Raudhah. Alhamdulillah, rombongan kami mendapat kemudahan saat menuju raudhah. Jika sudah berhasil
masuk setelah berjuang berdesak-desakan, jamaah memanfaatkan kesempatan
berada di area ini untuk shalat dua rakaat, berdzikir, berdoa maupun
membaca Alquran. Suara takbir, tahmid dan tahlil diiringi dengan
shalawat kepada Rasulullah saw dan lirihnya doa bercampur jadi satu.
Ketika berdo’a di sini, janganlah sambil menghadap makam. Menghadaplah
ke arah Kiblat. Sementara ketika di depan makam Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, tidaklah perlu mengusap2 jendela makam dan menciumnya, atau
menempelkan dada dan perut, karena syariat Islam sama sekali tidak
menuntunkan demikian.Ucapkan saja sebanyak mungkin shalawat pada Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam dan sahabat serta keluarga.
Menunggu giliran untuk memasuki Raudhah |
Setelah sholat Dhuha sambil menunggu antrian menuju Raudhah |
Raudhah |
Kunjungan kami selanjutnya adalah ke Masjid Quba, masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah SAW.
"Sesungguhnya masjid itu yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba)
sejak hari pertama adalah lebih patut bagimu (Hai Muhammad)
bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang ingin
membersihkan diri".......(At Taubah, 108)
Pada saat perjalanan kami menuju masjid Quba, hujan mengguyur kota Madinah. Meskipun begitu, tidak mengurungkan niat kami untuk melaksanakan sholat Dhuha dan sholat sunat lainnya di mesjid Quba. Sungguh pengalaman tak terlupakan saat merasakan guyuran hujan selama di Madinah.
Selain ke Masjid Quba, kami juga di ajak untuk melihat Jabal Uhud. Bukit tempat terjadinya perang dahsyat antara kaum muslimin melawan kaum
musyrikin Mekkah. Dalam pertempuran tersebut gugur 70 orang syuhada di
antaranya Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad saw. Kecintaan
Rasulullah saw pada para syuhada Uhud, membuat beliau selalu
menziarahinya hampir setiap tahun. Untuk itu, Jabal Uhud menjadi salah
satu tempat penting untuk diziarahi.
Setelah itu kami juga singgah di pusat oleh-oleh khusus kurma yang terletak di dekat kebun kurma terbesar di Madinah. Berbagai macam kurma tersedia disini.
Dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, diriwayatkan hadits dari
Shahabat Sa’ad bin Abi Waqqash, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
bahwa beliau Rasulullah pernah bersabda :
“Barangsiapa mengkonsumsi tujuh butir kurma Ajwa pada pagi hari, maka pada hari itu ia tidak akan terkena racun maupun sihir” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Selain kurma, disini juga dijual berbagai jenis olahan kurma seperti coklat, biskuit atau camilan lainnya. Selain itu juga dijual berbagai macam kismis dan kacang-kacangan.
Suasana ramainya pengunjung di toko kurma |
Setelah selesai berkeliling kota Madinah seperti Masjid Quba, kebun kurma, makam Baqi tempat makamnya para sahabat nabi, Jabal Uhud dan percetakan Alqur'an, kami pun kembali menuju hotel untuk bersiap melaksanakan ibadah sholat Dzuhur di masjid Nabawi. Selama perjalanan pulang, terlihat air hujan menggenangi jalanan kota Madinah, padahal hujan turun saat itu tidak lebih dari 1 jam. Karena kondisi geografisnya, kota ini rawan sekali terjadi banjir. Namun semua sudah diatur oleh Allah SWT, kota Madinah jarang sekali diguyur hujan, dalam satu tahun curah hujan di kota ini bisa dihitung. Begitulah yang saya dengar dari penjelasan pemandu tour umroh kami.
to be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar